NAMA : ALYSSA VANIA R.
NPM : 10214923
KELAS : 1EA35
ILMU BUDAYA DASAR BAB 8 (PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan
kepada Allah SWT, karena atas limpahan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan tugas yang berjudul “Pertentangan-Pertentangan Sosial dan
Integrasi Masyarakat” ini dengan baik dan lancar.
Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah ISBD. Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal
yang menyangkut tentang perbedaan kepentingan, prasangka dan
diskriminasi, Ethnosentrisme dan stereotype, konflik dalam masyarakat,
serta integrasi masyarakat dan nasional. Maka dari itu makalah ini cocok
dibaca oleh kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum yang cinta
terhadap persatuan dan kesatuan sebagai warga negara Indonesia.
Saya juga menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu saya
sangat berharap dapat menerima kritik dan saran dari semua pihak untuk
kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca. Amin….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tingkah laku individu satu
dengan individu lain pasti berbeda. Individu bertingkah laku karena ada
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam
memenuhi kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi
dirinya maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal yang saling berkaitan,
apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat
sikap untuk membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan
dirinya lebih baik daripada kebudayaan orang lain, sehingga timbullah
konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang
pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Di dalam kelompok masyarakat
Indonesia, konflik dapat disebabkan karena faktor harga diri dan
kebanggaan kelompok terusik, adanya perbedaan pendirian atau sikap,
perbedaan kebudayaan, benturan kepentingan (politik, ekonomi,
kekuasaan). Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam masyarakat
merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu
kelompok yang ada dalam keadaan konflik yang berlangsung lama biasanya
mengalami disintegrasi. Dan untuk menyelesaikan semua itu melalui
integrasi masyarakat. Integrasi dapat berlangsung cepat atau lambat
karena dipengaruhi oleh faktor homogenitas kelompok, besar kecilnya
kelompok, mobilitas geografis, dan efektifitas komunikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang terjadi di dalam masyarakat?
2. Mengapa permasalahan itu terjadi?
3. Apa yang bisa mengendalikan sehingga permasalahan bisa selesai?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui masalah apa saja yang terjadi di dalam masyarakat.
2. Mengetahui yang melatarbelakangi permasalahan itu muncul.
3. Masyarakat bisa menghindari terjadinya permasalahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
Hidup
bermasyarakat yaitu sebuah hubungan antar individu-individu maupun
antar kelompok dan golongan yang terjadi dalam proses kehidupan. Hidup
bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis, dimana setiap anggota
masyarakat salaing berinteraksi. Hubungan antar individu ini pun diikat
oleh ikatan yang berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuat
bersama para anggota. Norma dan nilai-nilai inilah yang menjadi alat
pengendali agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel
ketentuan yang telah disepakati itu. Solidaritas, toleransi dan tenggang
rasa adalah bukti kuatnya ikatan itu. Sakit salah satu anggota
masyarakat akan dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya. Dari hubungan
seperti itulah lahir keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.
Pada
kenyataannya tidak semua masyarakat membentuk sebuah harmonisasi. Pada
kondisi-kondisi tertentu hubungan antara masyarakat diwarnai berbagai
persamaan. Namun sering juga didapati perbedaan-perbedaan, bahkan
pertentangan dalam masyarakat. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan
perpecahan dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah Pertentangan
sosial dan integrita masyarakat
pertentang
sosial menurut saya adalah suatu konflik yang terjadi didalam suatu
lingkungan masyarakat. Dimana ada suatu kelompok yang tidak menyukai
kelompok lain, sehingga menimbulkan suatu perselisihan diantara mereka.
Banyak sekali pertentangan sosial yang terjadi di Dunia ini. Seperti
contohnya perak Irak yang kunjung selesai, dan kalau menusuri indonesia
contohnya GAM (Gerakan Aceh Merdeka), PT.freepot yang terjadi di Papua.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pertentangan sosial:
- Rasa Iri antara individu,negara, dan masyarakat
2. Adanya rasa tidak puas masyarakat terhadap kepemerintahan
3. Banyak adu domba antara politik,agama,suku serta budaya
Integrasi Masyarakat
Integrasi
berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan
atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian
di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat
sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian
fungsi.
Definisi
lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok
etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas
masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka
masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Sedangkan
yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan,
atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau
kemasyarakatan.
Suatu
integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun
menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun
konflik yang terjadi secara sosial budaya. Menurut pandangan para
penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi
di atas dua landasan berikut :
Suatu
masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus
(kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang
nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus
menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting
affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial
dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya
loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat
terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut
konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan
karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Integrasi
sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki
kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma,
dan pranata-pranata sosial
A. Faktor Internal :
kesadaran diri sebagai makhluk sosial
tuntutan kebutuhan
jiwa dan semangat gotong royong
tuntutan kebutuhan
jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor External :
tuntutan perkembangan zaman
persamaan kebudayaan
terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
persaman visi, misi, dan tujuan
sikap toleransi
adanya kosensus nilai
adanya tantangan dari luar
persamaan kebudayaan
terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
persaman visi, misi, dan tujuan
sikap toleransi
adanya kosensus nilai
adanya tantangan dari luar
B. Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar
timbulnya tingkah laku individu. Tingkah laku individu merupakan cara
atau alat dalam memenuhi kepentingannya. Ada 2 jenis kepentingan dalam
diri individu yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
sosial/psikologis. Perbedaan kepentingan itu antara lain:
1. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan individu untuk memperoleh potensi dan posisi.
5. Kepentingan individu untuk membutuhkan orang lain.
6. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.
7. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri
C. Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka dan diskriminasi dua
hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat merugikan
pertumbuhan, perkembangan, dan bahkan integrasi masyarakat. Kerugian
prasangka melalui hubungan pribadi dan akan menjalar bahkan melembaga
(turun-temurun). Jadi prasangka dasarnya pribadi dan dimiliki
bersama. Perbedaan terpokok antara prasangka dan diskriminatif adalah
prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminatif pada
tindakan. Sikap adalah kecenderungan untuk berespons baik secara positif
atau negatif terhadap orang, obyek atau situasi.
Dalam konteks realitas, prasangka
diartikan: “Suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras
tertentu, yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi.
Diskriminatif merupakan tindakan yang realistis”. Dapat disimpulkan
bahwa prasangka itu muncul sebagai akibat kurangnya pengetahuan,
pengertian dan fakta kehidupan, adanya dominasi kepentingan golongan
atau pribadi, dan tidak menyadari atau insyaf akan kerugian yang bakal
terjadi. Tingkat prasangka itu menumbuhkan jarak sosial tertentu di
antara anggota sendiri dengan anggota kelompok luar.
Sebab-sebab terjadinya prasangka:
1. Pendekatan Historis
Pendekatan
ini berdasarkan teori pertentangan kelas, menyalahkan kelas rendah di
mana mereka yang tergolong kelas atas mempunyai alasan untuk
berprasangka terhadap kelas rendah
2. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional
a. Mobilitas
sosial: gerak perpindahan dari strata satu ke strata sosial lainnya.
Artinya kelompok orang yang mengalami penurunan status akan terus
mencari alasan mengenai nasib buruknya.
b. Konflik antara kelompok: prasangka sebagai realitas dari dua kelompok yang bersaing.
c. Stagma perkantoran: ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda” yang dilakukan oleh kelompok tertentu.
d. Sosialisasi: prasangka muncul sebagai hasil dari proses pendidikan, melalui proses sosialisasi mulai kecil hingga dewasa.
3. Pendekatan Kepribadian
Teori
ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka,
disebut dengan frustasi agresi. Menurut teori ini keadaan frustasi
merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
4. Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan
ini ditekankan pada bagian individu memandang atau mempersepsikan
lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka.
5. Pendekatan Naïve
Bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka tidak menyoroti individu yang berprasangka.
Prasangka bisa diartikan sebagai
suatu sikap yang terlampau tergesa-gesa berdasarkan generalisasi yang
terlampau cepat, sifat berat sebelah dan dibarengi proses simplifikasi
(terlalu menyederhanakan terhadap suatu realita). Sikap berprasangka
jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada
pengalaman atau apa yang di dengar.
D. Etnhosentrisme Stereotype
Ethnosentrisme yaitu sikap untuk
menilai unsur-unsur kebudayaan orang lain dengan mempergunakan
ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Sikap ini dianggap bahwa kebudayaan
dirinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya.
Stereotype yaitu gambaran dan
ajakan ejek. Stereotype diartikan sebagai tanggapan mengenai sifat-sifat
dan waktu pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negatif
sebagai akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subyektif
E. Konflik dalam Masyarakat
Konflik merupakan suatu tingkah
laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan
dengannya, misal kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada
lingkungan yang paling kecil yaitu individu sampai kepada lingkup yang
luas, yakni masyarakat:
1. Pada taraf di dalam diri
seseorang, konflik menunjuk pada adanya pertentangan atau emosi-emosi
dan dorongan-dorongan antagonistic di dalam diri seseorang.
2. Pada taraf kelompok,
konflik-konflik ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi dalam diri
individu dari perbedaan-perbedaan anggota kelompok dalam tujuan, nilai,
norma serta minat untuk menjadi anggota kelompok.
3. Pada taraf masyarakat, konflik bersumber pada perbedaan nilai dan norma kelompok dengan nilai dan norma kelompok lain.
Tipe konflik ini timbul dari
proses-proses yang tidak rasional dan emosional dari pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya. Upaya untuk memecahkan konflik selalu timbul
selama berlangsungnya kehidupan suatu kelompok, namun terdapat
perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas konflik pada berbagai
tahap perkembangan kelompok. Adapun cara-cara pemecahan konflik sebagai
berikut:
1. Elimination: Pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik.
2. Subjugation atau
Domination: Orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
3. Majority Rule: Suara
terbanyak yang ditentukan dengan voting, akan menentukan keputusan,
tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority Consent:
Kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa
dikalahkan, dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan
kegiatan bersama.
5. Compromise (Kompromi):
Kedua atau semua sub kelompok yang terlibat di dalam konflik, berusaha
mencari dan mendapatkan jalan tengah.
6. Integration:
Pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan
ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan
bagi semua pihak.
Usaha-usaha untuk menghindari
perbedaan-perbedaan dan untuk memendam konflik-konflik, tidak pernah
berhasil dalam waktu yang lama. Kesatupaduan di dalam
perbedaan-perbedaan merupakan suatu nilai yang menghargai perbedaan,
yang menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut untuk memperkuat kelompok.
F. Integrasi Masyarakat dan Nasional
Integrasi masyarakat dapat
diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari
individu, keluarga, lembaga-lembaga, dan masyarakat secara
keseluruhan Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu
mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak
terjadi konflik.
Dalam memahami integrasi
masyarakat, kita juga mengenal integrasi nasional, yaitu
organisasi-organisasi formal yang melalui mana masyarakat menjalankan
keputusan-keputusan yang berwenang. Untuk terciptanya integrasi
nasional, perlu adanya suatu jiwa, asas spiritual, solidaritas yang
besar. Perlu dicari bentuk-bentuk akomodatif yang dapat mengurangi
konflik sebagai akibat dari prasangka, yaitu melalui 4 sistem:ss
1. Sistem budaya seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.
2. Sistem sosial seperti kolektiva-kolektiva sosial dalam segala bidang.
3. Sistem kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan, perasaan, pola-pola penilaian yang dianggap pola keindonesiaan.
4. Sistem organik jasmaniah, di mana nasion tidak didasarkan atas persamaan ras.
Untuk mengurangi prasangka ke-4
sistem itu harus dibina, dikembangkan dan memperkuatnya sehingga
perwujudan nasion Indonesia tercapai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di setiap masyarakat pasti muncul pertentangan-pertentangan atau permasalahan permasalahan, di antaranya:
1. Perbedaan Kepentingan: ada 2 kepentingan dalam diri individu, yakni kepentingan biologis dan kepentingan sosial/psikologis.
2. Prasangka dan Diskriminatif: prasangka yang menunjukkan aspek sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan.
3. Ethnosentrisme dan StereotypeEthnosentrisme : kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya.
4. Stereotype : gambaran dan anggapan jelek.
5. Konflik dalam kelompok: Suatu tingkah laku yang dibedakan emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya.
Cara
pengendalian dari permasalahan-permasalahan di atas, yaitu melalui
integrasi masyarakat dan nasional, yang mengandung pengertian:
1. Integrasi Masyarakat : adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat.
2. Integrasi
Nasional : organisasi-organisasi formal melalui mana
masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang.
B. Saran
Makalah yang ditulis ini tentunya
sangat jauh dari nilai kesempurnaan. Meskipun demikian penulis tetap
menyarankan kepada para pembaca, agar dalam menjalani kehidupan
sehari-hari selalu melihat konflik maupun pertentangan-pertentangan yang
bersumber dari perbedaan secara logis dan realistis, sehingga tidak
menimbulkan konflik yang lebih besar yang dapat mengarahkan kita pada
perpecahan dalam berbangsa. Semoga makalah yang sederhana ini memiliki
manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar